SB, TARAKAN – Masjid Jami Nurul Islam, yang terletak di Jalan Imam Bonjol (Marconi), Kelurahan Pamusian, Kecamatan Tarakan Barat, menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Kota Tarakan.
Masjid tertua di kota ini, yang didirikan pada awal 1900-an, kini telah berusia lebih dari satu abad.
Meskipun telah mengalami beberapa kali renovasi, Masjid Jami Nurul Islam tetap berdiri kokoh dan menjadi pusat kegiatan ibadah bagi umat Muslim di Tarakan.
Takmir masjid, Sugihartono, mengungkapkan bahwa masjid ini memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Pada masanya masjid ini merupakan satu-satunya tempat ibadah umat muslim di kawasan Marconi (Pamusian). Selain dijadikan tempat ibadah, masjid ini juga tempat masyarakat Tarakan untuk berlindung dari serangan kolonial pada saat perang dunia terjadi.
“Menurut sejarah yang kami dapat, bangunan masjid ini telah berdiri sejak tahun 1900. Pada masa penjajahan, sekitar tahun 1942 hingga 1945, masjid ini digunakan warga sebagai tempat perlindungan saat perang dunia,” ujar Sugihartono.
Sejak didirikan, masjid ini telah mengalami tiga kali renovasi besar, yaitu pada tahun 1980, 1990, dan terakhir pada awal 2000-an. Renovasi tersebut mengubah total bentuk bangunan asli masjid.
Meskipun saat ini banyak masjid di Tarakan, Masjid Jami Nurul Islam tetap menjadi tujuan utama bagi umat Muslim untuk beribadah.
Terutama pada bulan Ramadan, masjid ini semakin ramai dikunjungi.
“Pada bulan puasa seperti ini, semakin banyak jamaah yang datang. Ada juga warga yang berbuka puasa di jalan dan bergabung di sini,” kata Sugihartono.
Selama bulan Ramadan, pihak masjid menyediakan takjil untuk berbuka puasa, yang berasal dari sumbangan warga. Takjil tersebut dibagikan kepada siapa saja yang datang ke masjid.
“Selama Ramadan memang menyedikan takjil untuk berbuka puasa. Takjil itu juga berasal dari sumbangan warga jadi kami bagikan untuk siapapun yang datang,” imbuhnya.
(SB)
Discussion about this post