SB, NUNUKAN – Perkembangan digital belakangan ini dinilai sangat berpengaruh terhadap perilaku sosial seseorang. Utamanya pergaulan remaja yang sudah melewati batas waktu. Pergaulan mereka bahkan sudah mengabaikan hal-hal prinsip dan memilih berada di luar rumah yang dampaknya negatifnya banyak mengintai.
Demikian juga yang terjadi di Nunukan. Hampir di sepanjang jalan kota ini berdiri kafe dan tempat nongkrong bagi anak muda lainnya. Di situlah, remaja yang sudah mengenal kemajuan teknologi ini berkumpul. Umumnya, mereka adalah remaja hanya sebatas berkumpul, bersenda gurau dan lainnya, bahkan tak ingat waktu.
Hal ini pun tak luput dari perhatian Wakil Ketua DPRD Kabupaten Nunukan, Arpiah. Menurutnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan harus mengambil langkah penting untuk mengatasi kebiasaan ini sebelum terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Apalagi, remaja yang adalah lingkungan pergaulan itu adalah remaja usia sekolah yang seharusnya menghargai waktu dan mengingat rumah.
“Menjadi sebuah pekerjaan rumah bagi kita semua, bagaimana mendisiplinkan anak, dan memahamkan mereka untuk menghargai waktu,” ujar Arfiah saat ditemui di kantor DPRD Nunukan belum lama ini.
Arpiah menyebutkan, ada sejumlah faktor remaja sering keluyuran malam. Mulai dari keinginan untuk mandiri dan mencari jati diri, pengaruh teman sebaya, hingga masalah manajemen waktu atau kurangnya pengawasan orang tua. Padahal, kata Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, anak-anak usia remaja, masih rentan dengan pengaruh buruk lingkungan. Bisa jadi mereka terjebak dengan pergaulan kurang sehat dengan mengkonsumsi minuman keras (miras) dan narkoba, juga pergaulan bebas.
“Kadang saya heran, apa orang tuanya tidak mencari karena jauh malam masih di luar. Yang paling efektif mencegah anak-anak remaja keluyuran di jalan hingga dini hari, salah satunya adalah pemberlakuan jam malam,” ungkapnya prihatin.
Wanita yang berulang tahun setiap 5 September ini melanjutnya, di usia remaja, anak-anak belum menyadari ancaman kesehatan terhadap pola hidup malam. Kurang tidur, akan berpotensi mengalami susah tidur, makanan cepat saji yang biasa dikonsumsi juga meningkatkan risiko penyakit tertentu seperti obesitas dan masalah jantung.
Wakil Ketua IV Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) DPC Nunukan ini juga mengungkapkan, orang tua perlu menciptakan ruang komunikasi yang aman dan terbuka agar remaja merasa nyaman berbagi kegiatan mereka.
“Masalahnya, banyak orang tua menyerah dengan pergaulan anaknya. Cara menasihati juga sudah tidak relevan karena mereka di era gen Z, yang tentunya tak akan nyambung dengan era kolonial, istilahnya. Butuh konselor sebaya untuk meminimalisir reaksi penolakan si anak saat dinasihati,” jelas alumnus Universitas Hasanuddin (Unhas) ini.
Menurutnya, pergaulan remaja di Nunukan juga sudah menjurus ke arah negatif. Sejumlah anak sering terlihat keluar hotel dini hari, dan masih berduaan di lokasi lokasi remang remang di sejumlah titik yang ada di pesisir Nunukan.
Untuk meminimalisir persoalan tersebut, Arpiah mendirikan Yayasan Rumah Kita Berkah Sejahtera. Yayasan yang sementara berpusat di sebuah perumahan di Nunukan Selatan ini membagi program mereka dalam 3 segmen. Pertama, edukasi religi untuk generasi Robbani dengan mengaji. Untuk mengembalikan Alquran dalam kehidupan. Kedua, lanjut Arpiah, konseling dibimbing sejumlah sarjana psikologi dan guru guru BK. Dan ketiga, adalah segmen bisnis. Anak anak akan diajarkan menghasilkan uang tanpa modal dengan sarana ponsel.
“Pengaruh ekonomi cukup dominan, sehingga ketika anak-anak kita ajarkan berbisnis melalui HP, bisa menghasilkan uang tanpa mengeluarkan banyak modal, salah satu keinginan mereka bisa terpenuhi,” pungkasnya. (dln)
Discussion about this post