SB, NUNUKAN – Warga di Jalan Brigade RT 29, Nunukan Barat, Nunukan, Kalimantan Utara, mendadak diselimuti duka. Hal itu terjadi menyusul tragedi gantung diri yang mengerikan tiba-tiba menggemparkan warga pada Jumat pagi, 25 Juli 2025.
Siapa yang tidak kaget, saat sinar matahari pagi mulai menerangi, mendadak suara teriakan minta tolong dari seorang warga bernama Emiliana Bare Kalen (33) menggema. Teriakan memanggil yang lebih mirip jeritan sedih itu didengar warga. Mereka terkejut lalu keluar rumah.
Kepada warga yang bertanya, Emiliana mengabarkan bahwa suaminya bernama Sergius Simeon Puring (34) tergantung di sebuah pohon di samping rumahnya. Buruh harian itu dikabarkan sudah meninggal dunia saat ditemukan tergantung oleh Emiliana.
Informasinya, penemuan tragis ini bermula dari gonggongan anjing yang tak henti sekira pukul 06.00 Wita. Emiliana yang didorong rasa khawatir lantaran sejak semalam suaminya tak pulang ke rumah, memilih keluar. Namun, apa yang ditemukan? Suaminya dalam kondisi tergantung dan diperkirakan sudah tak bernyawa.
Dalam pantauan Emiliana, leher sang suami terjerat tali nilon hingga membiru. Kondisi korban sungguh memprihatinkan. Lidahnya terjulur kebiruan, mulutnya mengeluarkan air liur bercampur darah, dan tubuhnya menunjukkan tanda-tanda kematian yang jelas.
Atas peristiwa itu, pihak kepolisian yang mendapatkan laporan langsung menuju lokasi kejadian. Dalam keterangannya kepada pihak kepolisian, Emiliana mengaku, suaminya sejak malam sebelumnya tidak pulang ke rumah. Korban meninggalkan rumah usai terjadi pertengkaran dahsyat keduanya sekira pukul 22.00 Wita.
“Pertengkaran dipicu oleh kecurigaan Emiliana bahwa suaminya menerima panggilan telepon dari wanita lain. Pertengkaran tersebut berujung pada Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang brutal, mengakibatkan Emiliana mengalami luka memar yang cukup parah,” ungkap Kapolres Nunukan AKBP Bonafasius Rumbewas SIK yang disampaikan Kasi Humas Polres Nunukan Ipda Sunarwan kepada media ini.
Setelah pertengkaran yang penuh kekerasan itu, lanjut Sunarwan, Sergius pamit keluar rumah sekitar pukul 00.00 Wita dan tak pernah kembali hingga ditemukan tewas mengenaskan. Tragisnya, ini bukan kali pertama KDRT terjadi dalam rumah tangga mereka. Sebelumnya, Sergius pernah dilaporkan ke polisi dan diamankan selama 24 jam atas kasus serupa, namun kemudian dibebaskan atas permintaan Emiliana setelah Sergius menandatangani surat pernyataan.
“Menurut keterangan Emiliana, Sergius takut dan malu kepada keluarga dan tetangga jika kembali dilaporkan atas kasus KDRT. Ketakutan dan rasa malu yang teramat sangat ini diduga menjadi pemicu Sergius nekat mengakhiri hidupnya dengan cara yang mengerikan,” jelas Sunarwan.
Polisi, kata Sunarwan, telah mengamankan barang bukti, termasuk tali nilon yang digunakan untuk menggantung dan pakaian korban yang sudah compang-camping. “Keluarga telah menerima kejadian ini dengan duka yang mendalam dan Sergius akan dimakamkan setelah proses visum di RSUD selesai,” ungkapnya.
Menurut Sunarwan, kasus ini menyoroti pentingnya penanganan KDRT yang lebih komprehensif dan kesadaran masyarakat akan bahaya kekerasan dalam rumah tangga yang dapat berujung pada kematian. “Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk lebih peduli dan mencegah terjadinya tragedi serupa di masa mendatang,” pesannya mengakhiri. (dln)
Discussion about this post