SB, NUNUKAN – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nunukan mencatat inflasi tahunan (year-on-year/y-on-y) sebesar 1,76 persen pada Juli 2025. Meski angka inflasi tergolong terkendali, beberapa kebutuhan pokok seperti ikan, beras, dan bumbu dapur menjadi pendorong utama kenaikan harga di tengah masyarakat.
Angka inflasi ini menunjukkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 107,33 pada Juli 2024 menjadi 109,22 pada Juli 2025.
Menariknya, secara month-to-month (m-to-m), justru terjadi deflasi sebesar 0,02 persen. Inflasi year-to-date (y-to-d) hingga Juli 2025 juga tercatat sebesar 1,76 persen.
Kepala BPS Nunukan, Iskandar Ahmaddien, menjelaskan, inflasi tahunan didorong oleh kenaikan harga di berbagai kelompok pengeluaran. Kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran 5,68 persen, diikuti perawatan pribadi dan jasa lainnya 4,58 persen, serta makanan, minuman dan tembakau 2,84 persen. Kenaikan juga terlihat pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 2,44 persen, pendidikan 2,28 persen, pakaian dan alas kaki 0,99 persen dan kesehatan 0,51 persen.
“Di sisi lain, beberapa kelompok mengalami deflasi,” kata Iskandar Ahmaddien dalam laporannya.
Seperti, lanjutnya, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga mengalami deflasi 0,35 persen, diikuti informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 1,19 persen, rekreasi, olahraga, dan budaya 2,51 persen, serta transportasi 4,14 persen.
Dikatakan, adapun komoditas penyumbang inflasi y-on-y meliputi berbagai jenis ikan (bandeng, layang, tongkol, kembung, cakalang), bahan bakar rumah tangga, beras, bawang merah, cabai rawit, emas perhiasan, rokok (SKM, SKT, SPM), sayuran (ketimun, tomat, kacang panjang, terong), kue kering dan basah, minyak goreng, sewa rumah, tarif air minum, sepeda motor, upah asisten rumah tangga, kopi bubuk, bawang putih, asam, keramik, sosis, cumi-cumi, baju muslim anak, susu bubuk, dan pelumas/oli mesin.
Sementara itu, kata Iskandar, komoditas penyumbang inflasi m-to-m antara lain tomat, beras, bawang merah, kontrak rumah, beberapa jenis ikan, cabai rawit, sekolah menengah atas, bensin, minyak goreng, ayam hidup, susu bubuk, gula pasir, beberapa jenis buah-buahan, cat kayu, cumi-cumi, dan solar.
“Secara keseluruhan, kelompok makanan, minuman dan tembakau memberikan sumbangan inflasi y-on-y terbesar 1,12 persen, diikuti penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,48 persen, perumahan 0,34 persen, perawatan pribadi 0,24 persen, pakaian 0,06 persen, pendidikan (0,06 persen), dan kesehatan 0,01 persen,” sebutnya.
Sementara deflasi di beberapa kelompok, terutama transportasi -0,43 persen, membantu menahan laju inflasi secara keseluruhan. (dln)
Discussion about this post