Kepala Disdik Nunukan Akhmad S Ip, MSi
SB, NUNUKAN – Insiden ambruknya plafon di SDN 004 Sei Lancang, Kelurahan Tanjung Harapan, Nunukan Selatan, akibat hujan deras, memicu perhatian serius dari Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Nunukan, Akhmad, memberikan penjelasan detail terkait kejadian tersebut dan mengungkapkan bahwa masalah serupa juga terjadi di beberapa sekolah lain di wilayahnya.
“Kerusakan plafon ini tidak berdiri sendiri. Kami menerima laporan serupa dari beberapa sekolah lain juga, terutama gedung yang baru selesai dibangun tahun lalu,” ujar Akhmad saat dikonfirmasi pada Selasa (9/9).
Menurut Akhmad, penyebab utama ambruknya plafon adalah penggunaan material gypsum yang mudah lembap. Ketika menyerap air, beban gypsum menjadi semakin berat, dan sambungan dengan kerangka baja ringan tidak mampu menahannya. “Akhirnya plafon lepas dan jatuh. Kondisi itu berulang di banyak sekolah dengan model bangunan serupa,” jelasnya.
Dikatakan, sebagai langkah darurat, Disdim telah mengimbau para kepala sekolah untuk segera melepas bagian plafon yang dianggap berpotensi jatuh. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya insiden yang lebih membahayakan siswa.
Namun, Akhmad juga mengingatkan bahwa status kepemilikan gedung sekolah yang bermasalah perlu diperjelas. “Kami perlu memastikan dulu, apakah sudah menjadi aset Pemda atau masih sebatas pinjam pakai. Kalau belum serah terima, tentu tanggung jawab perbaikan ada pada pihak rekanan,” terangnya.
Mengenai rencana renovasi permanen, Akhmad menyebut pihaknya masih berkoordinasi dengan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Nunukan. Proses untuk memasukkan anggaran renovasi ke dalam APBD membutuhkan waktu, sehingga kemungkinan besar baru bisa terealisasi pada tahun 2026 jika harus menggunakan anggaran daerah.
Fakta menarik terungkap bahwa Akhmad sempat menolak penggunaan baja ringan untuk kerangka plafon saat rapat bersama kontraktor. Menurutnya, kayu jauh lebih kuat dan tahan lama. “Tapi aturan teknis dari pusat mewajibkan baja ringan, sehingga pilihan kayu tidak diperkenankan. Akibatnya sekarang kita menghadapi masalah ini,” ungkap Akhmad.
Diungkapkan, selain masalah plafon, pihaknya juga menyoroti kerusakan meubelair di sejumlah sekolah. Banyak meja dan kursi bantuan yang bautnya kendor, namun kurang mendapat perhatian. Akhmad menegaskan bahwa pemerintah daerah tetap memprioritaskan keselamatan pelajar.
“Hal kecil seperti baut longgar seharusnya bisa diperbaiki langsung oleh pihak sekolah. Kalau dibiarkan, kerusakan bisa semakin parah. Jadi kami minta masyarakat tetap tenang. Semua laporan sudah kami tindak lanjuti, dan solusinya sedang kami siapkan. Intinya, anak-anak harus belajar dalam kondisi yang aman,” tutup Akhmad. (dln)
Discussion about this post