SB, TARAKAN – Nama Kelurahan Selumit Pantai, Kecamatan Tarakan Tengah belakangan ini menjadi perhatian. Pasalnya, kelurahan yang selama ini identik dengan peredaran narkoba sedang diubah menjadi kawasan anti peredaran narkoba. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan mendirikan ‘Kampung Tematik’.
Kepala Bagian (Kabag) Ops Polres Tarakan, Akp Eka Berlin mengungkapkan, kawasan ini akan <span;>diubah menjadi kawasan yang penuh warna, edukatif, dan produktif. Upaya ini merupakan hasil kerja sama lintas sektor yang digagas oleh Polres Tarakan dan Polda Kalimantan Utara melalui empat program utama yang menyasar aspek sosial, ekonomi, infrastruktur, hingga pendidikan karakter. Kegiatan ini juga melibatkan pihak Kelurahan Selumit Pantai sebagai penanggungjawab di wilayah tersebut.
“Tujuan kami jelas, kami ingin memutus mata rantai narkoba dari akarnya. Salah satu caranya adalah dengan membangun lingkungan yang sehat, mandiri, dan berdaya. Maka kami rancang empat program yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat,” ungkap Eka Berlin.
Eka melanjutkan, empat pilar transformasi pertama yang mereka canangkan adalah program sosial dan rebranding lingkungan. Program ini menargetkan lingkungan sosial, terutama anak-anak, yang sebelumnya terpapar oleh kondisi lingkungan kumuh dan rentan penyalahgunaan narkoba. Melalui kerja bakti bersama TNI, Polri, Pemerintah Kota, ormas, dan pemuda, wilayah ini ditata ulang menjadi kampung tematik yang estetik dan bersih.
“Kita ubah wajah kampung ini lewat kegiatan positif. Kita cat warna-warni, dan setiap bulan mengikuti tema kalender Kamtibmas. Misalnya, Januari bertema Imlek, lalu Ramadan bertema religi,” jelasnya.
>Pilar selanjutnya adalah program Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan kemandirian ekonomi. Untuk memutus ketergantungan ekonomi terhadap peredaran narkoba, masyarakat diberdayakan melalui pelatihan UMKM. Produk khas seperti keripik, amplang, tahu dan bandeng presto menjadi andalan warga dalam membangun ekonomi keluarga.
“Kita tidak bisa hanya membangun fisik tanpa membangun ekonomi warga. Maka kita berikan pelatihan home industry agar mereka bisa mandiri,” ujar Eka.
Ketiga, kegiatan mereka adalah program infrastruktur dan fasilitas komunitas. Berbagai akan infrastruktur sosial dibangun untuk mendukung kehidupan komunitas, termasuk kerja sama dengan masjid dan pembangunan Warung Kamtibmas. Fasilitas ini menjadi pusat edukasi dan penyelesaian masalah sosial tingkat ringan.
“Ada rumah belajar, perpustakaan mini, tempat belajar Alquran, hingga forum mediasi masalah seperti perselisihan kecil dan utang-piutang. Jadi tak semua masalah harus ke kantor polisi,” terang Eka.
Sambungnya, pembangunan poskamling, tugu, dan pengecatan lingkungan juga dilakukan untuk mendukung terciptanya rasa aman dan suasana nyaman di tengah masyarakat. Lebih lanjut, Eka mengungkapkan, terakhir adalah program Pendidikan dan Karakter Anak. Upaya jangka panjang dilakukan dengan membentuk karakter anak-anak melalui kolaborasi dengan Universitas Borneo Tarakan (UBT), psikolog, serta organisasi seperti IWAPI, KNPI, dan HIMPI. Program ini mencakup pendidikan moral, psikologi anak, dan pemberdayaan perempuan.
“Kita ingin anak-anak tumbuh dengan karakter kuat dan nilai-nilai positif. Maka kita libatkan semua pihak yang kompeten di bidang pendidikan dan pengembangan karakter,” tambahnya.
Eka menerangkan, transformasi ini merupakan kolaborasi besar antara kepolisian, pemerintah, akademisi, tokoh agama, dan masyarakat. Harapannya, model seperti ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia dalam memberantas narkoba secara berkelanjutan dan manusiawi.
“Semua pihak bersatu. Inilah kekuatan sebenarnya dalam membangun bangsa, dari lingkungan terkecil di kampung,” pungkasnya.K (rz)
Discussion about this post