SB, NUNUKAN – Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DSP3A) Nunukan angkat bicara terkait maraknya kasus penyalahgunaan video di kalangan pelajar.
Mereka menekankan pentingnya peran aktif orang tua dalam mengawasi penggunaan media digital oleh anak-anak, guna mencegah potensi eksploitasi ekonomi maupun kekerasan seksual.
Kepala DSP3A Nunukan, Faridah mengungkapkan, pihaknya telah menerima sejumlah laporan terkait anak-anak yang terlibat dalam pembuatan dan penyebaran video tidak pantas. Kasus-kasus ini bahkan ada yang ditangani secara internal oleh pihak sekolah maupun diselesaikan secara kekeluargaan.
“Sudah ada laporan anak-anak yang videonya disalahgunakan, bahkan dijadikan objek ekonomi. Ini sangat memprihatinkan dan menjadi tanggung jawab kita semua, terutama orang tua untuk lebih aktif mengawasi anak-anaknya,” kata Faridah kepada wartawan, Senin (3/11/2025).
Faridah menuturkan, kemudahan akses anak terhadap gawai dan internet tanpa pengawasan ketat dari keluarga menjadi salah satu faktor pemicu peningkatan kasus semacam ini. Banyak anak menghabiskan waktu dengan ponsel tanpa kontrol, bahkan hingga larut malam, yang membuka peluang terjadinya pergaulan bebas dan penyalahgunaan media digital.
Menurutnya, rendahnya kesadaran dan kapasitas orang tua dalam mendampingi anak di era digital menjadi akar masalah. Padahal, DSP3A Nunukan telah melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan melalui pengajian ibu-ibu untuk mengingatkan pentingnya mengawasi penggunaan gadget anak.
Faridah mencontohkan kasus di mana orang tua terlalu percaya pada anak, yang berujung pada hal-hal negatif. “Ada anak yang bilang mau belajar kelompok, padahal ternyata pergi dengan teman lawan jenis dan tidak pulang hingga malam. Ini harusnya bisa dicegah kalau orang tua tahu dengan siapa dan kemana anaknya pergi,” ungkapnya.
Diungkapkan, DSP3A Nunukan terus menggiatkan edukasi mengenai pola asuh anak dan remaja di era digital melalui kegiatan sosialisasi bertajuk Peningkatan Pola Asuh Anak dan Remaja. Tujuannya adalah agar orang tua memahami bahaya yang mengintai, mulai dari pergaulan bebas, kecanduan konten tidak pantas, hingga potensi eksploitasi online.
Faridah menegaskan, pengawasan bukan berarti membatasi secara ekstrem, melainkan membangun komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak. “Anak-anak butuh bimbingan, bukan hanya larangan. Kalau komunikasi baik, anak akan lebih terbuka dan tidak mudah terjerumus,” ujarnya.
Faridah berharap masyarakat, sekolah, dan orang tua dapat bekerja sama menciptakan lingkungan aman bagi tumbuh kembang anak, khususnya dalam menghadapi tantangan di era digital yang kian kompleks.
“Ingat, anak adalah tanggung jawab kita bersama, jangan sampai mereka jadi korban karena kelalaian kita,” harap Faridah. (dln)













Discussion about this post