SB, TARAKAN – Peristiwa kebakaran yang terjadi di rumah Sinah (79) tepatnya di Jalan Flamboyan Gang Lunto RT 27, Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat, Minggu (5/1/25) malam menyisakan pilu.
Sinah yang sudah usia lanjut (lansia) selain harus kehilangan tempat tinggalnya, juga mengalami luka bakar di tubuhnya.
Saat si jago merah melalap rumah tersebut, Sinah sempat menerobos masuk ke dalam rumah untuk menyelamatkan surat atau dokumen berharga miliknya.
Salah seorang anak Sinah, yakni Arfinah, menceritakan detik-detik kejadian kebakaran yang terjadi.
Sebelumnya ia mencium bau seperti barang terbakar (bakaran) sekira pukul 22.45 Wita. Tak lama berselang disusul dengan bunyi ledakan.
“Kami kira suara petir, setelah dilihat ternyata rumah sudah terbakar,” ucap Arfinah kepada tim SuryaBorneo.com, pada Senin (6/1/25).
Ditengah percikan api, Sinah bukannya menyelamatkan diri, malah masuk menembus kobaran api mengambil surat-surat penting.
“Rumah sudah dimakan api, namanya orang tua jalan tertatih-tatih dan dia masih di ujung rumah,” ungkapnya.
Lantas, Sinah pun sempat siup ketika berhasil meloloskan diri dari amukan si jago merah. Namun, Sinah mengalami luka bakar di bagian pergelangan tangan.
“Mamak saya histeris setelah siuman ia baru sadar ternyata ada luka bakar. Tak lama dia siup lagi kemudian dilarikan ke rumah sakit Pertamedika,” bebernya.
Lebih jauh Arfinah mengisahkan, bahwa orang tuanya (Sinah) memiliki rumah dan menempatinya bersama sang suami (Ahmad Arfan) pensiunan Kepolisian yang pernah bertugas di Polres Tarakan.
Rumah tersebut sudah ditempatinya selama 20 tahun bersama kakak Arfinah yang mengalami sakit.
“Bapak meninggal akibat sakit sekitar 1986 saat masih aktif di Kepolisian,” terangnya.
Sebelum menetap di Gang Lunto, Sinah sebelumnya tinggal di belakang Trakindo (Jalan Mulawarman). Kemudian di jual dan menetap di rumah yang kini hangus terbakar.
“Rumah yang terbakar aslinya rumah kakak, jadi saya beli tanah disini karna mamak minta untuk menemani dia,” ungkapnya.
Dengan nada haru, Arfinah berharap agar korban (Sinah) dapat kembali bersama keluarga dalam kondisi sehat. Selain itu, ia mengharapkan uluran tangan dari pemerintah.
“Itu satu-satunya orang tua saya, kami tidak punya orang tua lagi. Tinggal dia aja,” tambahnya.
Arfinah mengatakan, ia bersama keluarga kerap meminta agar Sinah dapat tinggal bersama anak-anaknya. Namun tawaran tersebut ia tolak lantaran takut membebani anak-anaknya.
“Mamak bersikeras tidak mau tinggal sama kami,” tutupnya. (OC/HN)
Discussion about this post