SB, NUNUKAN – Dinas Kesehatan (Dinkes) Nunukan telah mengonfirmasi bahwa kasus keracunan massal yang terjadi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Pulau Sebatik disebabkan oleh bakteri Bacillus cereus.
Kepastian ini didapatkan setelah serangkaian uji laboratorium dilakukan oleh BPOM Tarakan dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) Surabaya.
Hasil uji laboratorium menunjukkan adanya bakteri Bacillus cereus pada sampel makanan dan spesimen korban.
Kepala Dinkes Nunukan, Hj. Miskia, menjelaskan bahwa dari lima jenis makanan yang diuji, telur balado, tahu balado, nasi putih, tumis wortel, dan sawi putih tidak ditemukan adanya cemaran kimia berbahaya.
Namun, uji mikrobiologi menemukan kontaminasi Bacillus cereus pada beberapa sampel. Bakteri ini dikenal dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah, nyeri perut, dan diare.
“Hasil dari BPOM dan BBLKM konsisten. Ini menunjukkan bahwa sumber keracunan berasal dari bakteri yang tumbuh pada makanan akibat proses pengolahan dan penyimpanan yang tidak tepat,” ujar Miskia saat dikonfirmasi pada Jumat (17/10/2025).
Menurutnya, bakteri ini muncul karena makanan disiapkan terlalu lama sebelum disajikan dan dibiarkan pada suhu ruang, yang menjadi media ideal bagi pertumbuhan Bacillus cereus.
Selain itu, beberapa dapur juga menggunakan kipas angin untuk mendinginkan makanan, menyimpan makanan dalam wadah besar di kulkas tanpa pengaturan suhu yang tepat, serta memanaskan kembali sisa makanan secara tidak sempurna.
“Cara pembersihan alat makan yang tidak memenuhi syarat dan penjamah makanan yang kurang higienis juga memperparah risiko kontaminasi,” tambah Miskia.
Untuk mencegah terulangnya kasus serupa, Dinkes Nunukan menekankan pentingnya penerapan standar keamanan pangan di seluruh dapur penyedia MBG. Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) juga diminta untuk memperbaiki manajemen penyimpanan dan penyajian makanan, serta mengikuti pelatihan keamanan pangan siap saji.
“Pengawasan akan terus kami lakukan agar kejadian ini tidak terulang. Intinya, sumber masalahnya bukan pada bahan makanan, tetapi pada cara pengelolaannya,” tegas Miskia.
Dinkes Nunukan telah menutup sementara dapur Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) Yayasan Bina Pendidikan Yatim Sebatik. Penutupan ini dilakukan untuk membenahi sistem pengolahan makanan, meningkatkan kebersihan dapur, dan melengkapi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).
“Penutupan ini bersifat sementara hingga dapur memenuhi standar keamanan pangan. Kami ingin memastikan bahwa makanan yang disajikan benar-benar aman bagi anak-anak penerima program,” pungkas Miskia. (dln)
Discussion about this post