SB, TARAKAN – Korsleting (arus lendek listrk) masih menjadi pemicu atau penyebab terbesar kebakaran yang terjadi di Kota Tarakan.
Data Pemadam Kebakaran (PMK) Kota Tarakan sepanjang 2024, terdapat 60 kasus kebakaran dengan persentase 80 persen disebabkan korsleting listrik dan 20 persen akibat human error.
Menyikapi persoalan tersebut, Kepala Laboratorium Stabilitas Sistem Tenaga Listrik, Universitas Borneo Tarakan (UBT) Dr. Ismit Mado, ST., MT mengungkapkan, penyebab utama korsleting listrik akibat pembagian beban listrik yang tidak seimbang.
“Salah satu penyebab terjadinya konsleting di rumah akibat stop kontak yang digunakan untuk banyak perangkat,” katanya.
Tak hanya itu, faktor lain pemicu korsleting yakni, minimnya pemahaman masyarakat pentingnya instalasi atau rangkaian penyaluran aliran listrik yang terpasang di rumah.
“Kesalahan merangkai kabel dan menggunakan kabel biasa dapat mengakibatkan korsleting,” ungkap Ismit Mado.
Lantas, Ismit Mado menerangkan, instalasi listrik yang termakan umur maupun kurangnya pengecekan secara berkala juga menjadi faktor resiko (kebakaran).
Selain itu, sambungan yang kurang rapat, penggunaan MCB (Miniature Circuit Breaker) atau pemutus sirkuit miniatur yang tidak sesuai dengan beban listrik juga menjadi pemicunya.
Bahkan, tak jarang akibat sambungan listrik secara ilegal untuk dua bangunan rumah dinilai beresiko tinggi menyebabkan kebakaran.
“Praktek tersebut akan menyebabkan beban listrik menjadi berlebih.Pembagian beban pada 2 rumah harus diperhatikan” jelasnya.
Guna mengurangi permasalahan tersebut, di UBT sendiri mahasiswa teknik elektro dalam program pengabdian kerap melakukan sosialisasi keselamatan listrik ke masyarakat setiap tahunnya.
Namun dalam upaya memaksimalkan sosialisasi standar pada instalasi listrik, perlu ada penguatan dari pemerintah sehingga informasi tersebut dapat dijangkau masyarakat.
“Cuma mahasiswa kami tak mungkin membendung semua lini masyarakat. Setiap tahun program pengabdian terus berjalan,” pungkasnya. (OC/SB)
Discussion about this post