SB, NUNUKAN – Keberadaan bawang merah asal Sulawesi Selatan (Sulsel) diinformasi sedang langka. Tak ayal, harganya pun melonjak tinggi. Beberapa bulan terakhir ini, petani bawang merah di wilayah Enrekang kekurangan pasokan. Hal ini akibat dari berbagai faktor. Salah satunya, terjadinya kemarau yang berkepanjangan.
Selain itu, beberapa petani bawang merah di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) juga mengalami gagal panen. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, dan menyebabkan banjir dan kerusakan pada tanaman bawang merah. Akibatnya, pasokan bawang merah berkurang dan harga jual di pasaran pun meningkat.
“Biasanya saya itu dapat 1 ton bawang merah. Tapi, kali ini hanya beberapa karung saja. Dan ini pasti kurang dan harganya bisa jadi naik lagi,” ungkap Kiki, salah seorang distributor sembako yang ada di Pasar Inhutani kepada media ini.
Disebutkan, harga eceran bawang merah saat ini sudah mencapai Rp55 ribu per kg. Sebelumnya Rp30ribu per kg. Jika, stok bawang merah di Bima belum normal, maka di Sulsel juga bakal kewalahan memenuhi permintaan.
“Bisa saja di Nunukan tidak kebagian tomat. Paling ambil bawang merah dari Tawau (Malaysia) lagi. Harga dan kualitasnya beda,” ungkap Kiki.
Sabar, distributor lainnya mengatakan, tak hanya bawang merah, tomato juga mulai mengalami kenaikan. Hampir sama dengan persoalan bawang merah ini.
Sabar menyebutkan, untuk tomat asal Sulsel itu awalnya dibandrol Rp13 per kg, sekarang dibandrol Rp20 ribu per kg. Hal ini karena petani tomat di Sulsel sedang melakukan penanaman baru.
“Jadi, kalau berharap tomat lokal dipastikan akan lebih mahal lagi. Bisa sampai Rp35 ribu atau Rp40 ribu per kg,” sebutnya.
Sementara harga cabai saat ini masih terbilang stabil. Karena masih diangka Rp65 ribu per kg. Meskipun sebelum adanya kapal swasta dari Sulsel lantaran libur berlayar sempat mencapai Rp100 hingga Rp120 ribu per kg. Demikian pula dengan harga barang lainnya. Termasuk bawang putih yang selama ini masih didatangkan dari Tawau, Malaysia melalui Sebatik. Sampai saat ini harganya masih dibandrol Rp40 ribu per kg. (dln)
Discussion about this post