SB, TARAKAN – Fluktuasi harga cabai rawit (lombok) yang saat ini tidak menentu di pasaran membuat petani lokal menjerit.
Selain harus bertahan dengan persaingan harga cabai rawit dari luar daerah, biaya besar untuk pupuk pun memperburuk kondisi para petani lokal.
Salah seorang petani cabai rawit, Yoel (30) mengatakan, harga cabai kini memang tinggi di pasaran seiring dengan naiknya harga pupuk.
Harga jual cabai rawit bahkan sempat naik sampai Rp180 ribu per kilogram (kg) pada akhir tahun baru 2024. Akan tetapi petani tidak mendapat keuntungan yang signifikan.
Namun, kondisi saat ini di pasaran relatif stabil sehingga harga jual cabai rawit dikisaran harga normal.
“Sekarang harga jual di angka Rp70 ribu, normal,” ucapnya.
Yoel juga menjelaskan, setelah harga normal para petani lokal di Tarakan masih cemas, lantaran tetap harus bersaing dengan stok cabai rawit yang datang dari luar daerah.
Lantas, hal ini yang membuat petani merugi, karena otomatis pedagang di pasar akan membeli cabai rawit lokal dengan harga rendah seiring stok melimpah di pasaran.
“Lombok (cabai rawit) dari kapal yang datang dari luar daerah lebih murah karena stoknya banyak. Jadi mereka (pedagang) lebih memilih lombok dari luar (Sulawesi) artinya itu telah mematikan harga pasaran petani lokal” ungkapnya.
Tak hanya itu, untuk pupuk juga mempengaruhi harga jual. Ia menerangkan, pupuk Mutiara yang biasa digunakan harganya mencapai Rp80 ribu per kilogram.
Sedangkan kebutuhan petani untuk sekali pupuk ladang cabai rawit bisa mencapai Rp2 juta.
“Ya kami minta agar harganya (pupuk) di normalkan, karena kami rugi. Kalau harga cabai lagi anjlok Rp45 ribu, tentu kami dirugikan,” katanya.
Selain Yoel, seorang petani di Tarakan Utara, Sumitro (55) juga merasakan hal yang sama. Meski hasil panen lokal stabil tetapi harga jual justru murah.
“Artinya stok cabai kurang, tapi kalau cabai luar pulau datang disitulah harga cabai lokal anjlok,” terangnya.
Menurutnya, pasokan cabai rawit dari luar daerah sangat mempengaruhi omset petani lokal, lantaran membuat harga jual menjadi menurun.
“Ya pemerintah harus jeli melihat kondisi ini. Jangan sampai memasukkan stok dari luar banyak begitu,” tutupnya. (OC/SB)
Discussion about this post