SB, NUNUKAN – Seminar Kebangsaan yang digelar di Aula Kantor Bupati Nunukan pada Kamis (16/8/2025) mengangkat isu krusial tentang radikalisme dan upaya memperkokoh persatuan di wilayah perbatasan.
Acara yang diinisiasi oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Nunukan ini menghadirkan narasumber kompeten, termasuk mantan narapidana terorisme (napiter), Suryadi Mas’ud.
Suryadi, yang pernah menjadi pelatih militer di Muasykar Al-Fatih, mengungkapkan, Nunukan merupakan jalur strategis bagi teroris yang berkamuflase sebagai jamaah tabligh dan pedagang. “Filipina – Malaysia – Indonesia adalah jalur tradisional teroris, dan Nunukan menjadi salah satu titik transitnya,” tegasnya.
Narasumber lain, Zahri Fadli (Ketua BAZNAS dan Sekretaris FKUB Nunukan), membahas filosofi Piagam Madinah dalam menangkal radikalisme. Ia menekankan pentingnya narasi keagamaan yang inklusif dan semangat kebangsaan yang kuat untuk melawan tafsir sempit dan eksklusif yang kerap dimanfaatkan oleh kelompok radikal.
Sesi diskusi berlangsung interaktif, dengan banyak peserta yang antusias bertanya kepada Suryadi tentang cara membentengi diri dan keluarga dari paham radikal.
Kepala Badan Kesbangpon Nunukan, Hasan Basri mengatakan, seminar kali ini menghasilkan sejumlah rekomendasi strategis, antara lain, pengawasan lintas sektor agar meningkatkan pengawasan terhadap lalu lintas orang dari Filipina dan Malaysia melalui jalur Sebatik-Nunukan.
Kemudian, fokus pada kelompok rentan. Memperhatikan perempuan dan remaja yang rentan terpapar radikalisme melalui media sosial.
“Lalu, sinergi lintas sektor. Hal ini untuk memperkuat kerjasama antara pemerintah daerah, aparat keamanan, ormas, dan tokoh masyarakat,” kata Hasan kepada media ini usai kegiatan berlangsung.
Selain itu, lanjutnya, pihaknya dapat melakukan program berkelanjutan. Seperti, mengadakan forum dialog kebangsaan secara periodik di tiap kecamatan.
<span;>Begitu juga dengan penguatan kelembagaan. Khususnya mendorong penguatan FKUB, FKDM, dan ormas lokal sebagai mitra pemerintah dalam deteksi dini penyebaran paham radikal.
Lalu, melakukan koordinasi keamanan. Dimana harus meningkatkan koordinasi antarinstansi keamanan dalam pengawasan lalu lintas orang asing.
“Dan penting juga tracking Imigrasi. Melakukan tracking terhadap keberadaan Warga Negara Filipina di Nunukan untuk mengantisipasi tumbuhnya koloni radikal,” ungkapnya.
Dikatakan, seminar seperti ini diharapkan berhasil meningkatkan kesadaran dan wawasan kebangsaan peserta. “Kami selaku Pemerintah Kabupaten Nunukan akan terus menjalin komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak untuk mencegah munculnya paham radikalisme di wilayah perbatasan,” pungkasnya. (dln)
Discussion about this post