SB, BULUNGAN – Tak banyak orang mengetahui sosok perempuan telinga panjang yang usianya telah menginjak 100 tahun yang berasal dari suku Dayak Umaq Kulit.
Adalah Iyun Anye, seorang perempuan tua dengan telinga panjang dan memiliki tato di tubuhnya. Saat ini ia tinggal di Desa Tengkapak, Kabupaten Bulungan.
Iyun Anye berasal dari suku Dayak Umaq Kulit, merupakan rumpun Apo Kayan yang tersebar di Serawak, Malaysia, Kalimantan Utara, hingga Kalimantan Timur.
Apo Kayan sendiri merupakan kawasan dataran tinggi atau pegunungan yang dialiri oleh sebuah sungai besar yaitu Sungai Kayan.
Selain memiliki telinga panjang, Iyun Anye juga memiliki tato atau bettik (bahasa Umaq Kulit)
di kedua tangannya.
Namun kini keindahan gambar (tato) yang melekat di tubuhnya menciut seiring keriput yang mengikuti perubahan usianya.
Iyun Anye yang memiliki sembilan orang anak kini tidak bisa beraktifitas seperti biasaanya, ia hanya berbaring, tidur dan makan.
Suaranya pun sudah tidak terdengar jelas lagi, bahkan pendengarannya tak seperti waktu masa mudanya.
Salah seorang anak Iyun Anye, Unggek, hingga saat ini merawat orang tuanya (Iyun Anye) yang sudah menginjak usia satu abad. Bahkan, Iyun Anye kerap mengeluhkan sakit di belakang badannya.
“Sekarang saya ibaratnya memelihara bayi,” ucap unggek sambil mengisahkan sosok orang tua yang dihormatinya.
Untuk dapat berkomunikasi dengan Iyun Anye, Unggek harus berteriak nyaring di telinga ibunya.
Lantas, Unggek bercerita lebih jauh, dibalik usianya bisa sampai 100 tahun, diketahui Iyun Anye tidak pernah memakan micin. Sehingga kondisi kesehatannya normal.
“Makanan keluarga kami sederhana, sayur yang kami ambil tidak menggunakan pupuk yang berbahan kimia,” terangnnya
Unggek juga menerangkan, alasan budaya telinga panjang menjadi terputus karena masyarakat sudah mengenal sekolah.
“Mereka mau sekolah dan ikut orang, mungkin gengsi atau malu dengan telinganya,” terangnya.
Ia menuturkan, Iyun tidak pernah memasangkan pemberat (telinga) kepada sembilan orang anaknya. Namun, keluarga Iyun telah menggunting telinganya.
“Mungkin mereka malu karena dianggap berbeda oleh orang luar,” ucap Unggek.
Unggek menjelaskan, ia tidak pernah malu dengan kondisi Iyun yang bertelinga Panjang dan bertato.
“Saya tidak malu, dia orang tua saya. Tato dan telinga (panjang) adalah budaya saya,” ucapnya.
Bahkan saat berada di tempat umum, sejumlah orang kerap mengerumuni Iyun lantaran dinilai Unik. Bahkan kerap diminta untuk berswafoto.
Unggek pun mengatakan, tidak paham akan arti ukiran tato di kedua tangannya yang dimiliki Iyun.
“Iyun tidak pernah menceritakan sejarah hidup kepada anaknya secara mendalam,” pungkasnya. (OC/SB)
Discussion about this post