SB, NUNUKAN – Memasuki hari ke- 9 tanggap darurat bencana, banjir dan tanah longsor di Kecamatan Sembakung berangsur pulih. Dilaporkan, hari ini air sungai sudah mengalami penurunan hingga 50 sentimeter dari sebelumnya yang mencapai 3,8 meter.
“Pemantauan ketinggian permukaan air sungai Sembakung pagi ini (Sabtu 31 Mei 2025) pukul 07.00 wita di Desa Atap Kec Sembakung 3,3 meter, terpantau surut 50 sentimeter dari posisi sore kemarin,” kata Kepala Sub Bidang (Kasubid) Evakuasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan Hasanuddin saat dikonfirmasi suryaborneo.com tadi pagi.
Ia mengatakan, saat ini kondisi cuaca di Posko Tanggap Darurat Bencana (TDB), Desa Atap, Kecamatan Sembakung terpantau cerah dengan suhu 26°C. Sementara, kecepatan angin 7,1 km/jam, arah angin Barat Daya, Kelembaban udara 88 persen.
“Dengan kondisi seperti ini, proses distribusi bantuan segera dilakukan. Khususnya 2 desa, yakni Desa Tagul melalui jalur sungai dan Desa Manuk Bungkul melalui jalur darat,” ungkapnya.
Dalam proses distribusi bantuan, lanjut Hasan, pihak masih mengalami kendala. Utamanya pada jalur yang dilalui. Apalagi pasca banjir yang merendam jalan.
“Alhamdulillaah distribusi lancar, cuma tadi jalur jalan darat dari Desa Atap ke Desa Manuk Bungkul terkendala jalan yang kurang baik. Mobil bantuan sempat 2 kali amblas. Tapi, kalau jalur sungai aman saja,” beber Hasan.
Kendati demikian, aktivitas warga sudah berjalan normal. Beberapa fasilitas umum (fasum), seperti gedung sekolah dan perkantoran sudah dibersihkan warga dibantu relawan.
“Kami juga melanjutkan input data korban bencana ke sistem SPM, operasional posko TDB dan monitoring wilayah terdampak bencana,” ungkap Hasan.
Seperti diketahui, pasca Kecamatan Krayan mengalami bencana banjir pada Sabtu, 17 Mei lalu, tiga hari kemudian Kecamatan Sembakung pun mengalami bencana yang sama. Musibah ini terjadi lantaran naiknya debit air Sungai Sembakung akibat curah hujan yang tinggi.
Musibah tahunan ini pun diperparah dengan adanya banjir kiriman dari wilayah Malaysia yang merupakan hulu sungai Sembakung. Dampaknya, 3 desa, yakni Desa Atap, Manuk Bungkul dan Tagul terendam banjir. Sejumlah fasum tidak dapat digunakan, seperti gedung sekolah, balai pertemuan, Puskesmas Pembantu (Pustu) dan fasilitas umum lainnya. (dln)
Discussion about this post