SB, TARAKAN — Lama tak terdengar kabarnya, anggota kepolisian yang aktif bertugas di Polres Tana Tidung, yakni Bripka MA akhirnya muncul ke muka umum dengan status barunya, yakni tersangka. Dia duga kuat terlibat dalam jaringan peredaran narkotika jenis sabu-sabu belum lama ini.
Dari informasi yang didapatkan media ini, Bripka MA diduga berperan sebagai kurir sabu dalam sindikat yang berhasil dibongkar oleh jajaran Polsek Sesayap Hilir. Penetapan tersangka diputuskan usai gelar perkara bersama personel Polda Kaltara belum lama ini. Sambil menunggu berkasnya rampung, Bripka MA sudah mendekam di Rumah Tahanan (Rutan) Polda Kaltara, sejak 4 Juni 2025.
“Berdasarkan alat bukti dan keterangan saksi, kami menetapkan Bripka MA sebagai tersangka. Ia sudah ditahan untuk proses hukum lebih lanjut,” ujar Kapolsek Sesayap Hilir, IPDA Dedy Timang, Minggu (8/6/2025).
Bripka MA diamankan pada 7 Mei 2025 bersama sejumlah tersangka lain dalam operasi penangkapan yang digelar di Desa Sepala Dalung, Kecamatan Sesayap Hilir. Dalam operasi tersebut, polisi menyita 10 paket sabu siap edar yang diduga hendak diedarkan oleh jaringan pelaku.
Selain MA, penyidik turut mengamankan Bripda RS, satu anggota Polri lainnya. Namun, hingga saat ini belum cukup alat bukti untuk menetapkan Bripda RS sebagai tersangka, sehingga yang bersangkutan telah dipulangkan.
“Untuk RS, alat buktinya belum cukup. Jadi belum bisa kami proses lebih lanjut. Tapi perkembangan kasus akan terus kami sampaikan ke publik,” jelas Dedy.
Dalam pengungkapan kasus ini, tiga warga sipil juga ikut diciduk, ketiga yakni, SR, RD, dan IS. Dedy menejelaskan mereka memiliki peran masing-masing dalam jaringan tersebut.
SR diduga sebagai tangan kanan MA, sekaligus pengendali aliran barang dan uang. RD dan IS diduga berperan sebagai pengedar yang menjual sabu dalam berbagai takaran.
“SR ini diduga kuat jadi pengepul hasil penjualan sabu dari RD dan IS,” beber Dedy.
Penyidik saat ini masih melakukan pemeriksaan lebih dalam untuk mengungkap kemungkinan jaringan yang lebih luas. Dedy menegaskan bahwa meskipun para tersangka cenderung bungkam, proses hukum akan tetap berjalan sesuai prosedur.
“Kami berharap mereka kooperatif. Tapi meski tidak mengakui, jika alat bukti cukup, kami tetap naikkan status ke tersangka. Penyidikan harus hati-hati, jangan sampai melanggar hak asasi manusia,” tandasnya.
Sementara itu, terkait potensi pelanggaran kode etik dan disiplin anggota, proses selanjutnya akan dilimpahkan ke Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Kaltara. Proses etik ini berjalan terpisah dari pidana umum.
Kasus ini menambah daftar panjang keterlibatan oknum aparat dalam pusaran narkotika. Publik pun mendesak institusi Polri untuk tegas dalam menindak anggotanya yang menyalahgunakan kewenangan dan mencoreng institusi. (rz)
Discussion about this post