SB, TARAKAN – Polemik dualisme di tubuh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) sudah sampai ke Kalimantan Utara. Saking ‘panasnya’ polemik ini, Ketua KNPI di Kaltara terbagi menjadi 3 versi, yakni Ketua KNPI Kaltara versi Haris Pratama yang dipimpin Andi Mulyono, Ketua KNPI Kaltara versi Ryano Panjaitan yang dipimpin oleh Niko Ruru dan Ketua KNPI Kaltara versi Laode Umar Bonte.
Tak sampai di situ, KNPI Kota Tarakan juga ikut terbelah menjadi 2 versi, yakni Adry Setiawan di kubu Haris Pratama dan yang terbaru Alif Putra Pratama yang punya Surat Keputusan (SK) dari KNPI versi Ryano Panjaitan. Setelahnya, kabar mengejutkan datang dari Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kalimantan Utara versi Laode Umar Bonte, Fajar Mentari. Pria yang dikenal kritis ini justru mendukung langkah KNPI Kota Tarakan yang dipimpin oleh Alif Putra Pratama dan KNPI Kalimantan Utara yang baru, Niko Ruru.
“Keliru juga kalau ini dinarasikan sebagai perpecahan KNPI. ‘Kan Musda KNPI Kota Tarakan tahun lalu, versi Haris Pratama yang di Kaltara itu diketuai Andi Mulyono. Jadi organisasinya berbeda. Saya juga Ketua KNPI, organisasinya juga berbeda dengan Niko Ruru dan Andi Mulyono,” ujarnya.
Fajar Mentari menjelaskan, dualisme kepemimpinan terjadi jika dalam satu organisasi terjadi konflik internal. Sedangkan yang terjadi di Kota Tarakan, Musda digelar untuk memilih kepemimpinan masing-masing organisasi. “Musda yang digelar di Tarakan hari kemarin (11 Mei 2025), bukanlah Musdalub atau Musda untuk mengganti kepemimpinan sebelumnya. Tapi ini Musda dengan organisasi yang berbeda,” ucap Fajar.
Di Kaltara, dia menjelaskan, kalau tidak salah, ada tiga KNPI Provinsi. “Masing- masing ada pengurus pusatnya, ada badan hukumnya, ada kantornya. Demikian juga di Kaltara dan di tingkat kabupaten/kota,” katanya.
Atas dasar itulah, Fajar membantah bila terjadi perpecahan di tubuh KNPI di Kalimantan Utara seperti yang ramai dibicarakan, seperti yang diyatakan oleh salah satu ketua organisasi kepada sejumlah media. Menurut Fajar, anggapan orang yang menyebut KNPI alami perpecahan menunjukkan bahwa yang bersangkutan belum paham dan belum memiliki pengetahuan yang memadai dalam berorganisasi.
“Saya tidak mau bilang Dia belum matang atau dewasa dalam berorganisasi. Menurut saya Dia hanya belum paham definisi yang sebenarnya. Tetapi saya tetap mengapresiasi sikapnya yang kritis terhadap kepemudaan di Kaltara dan Kota Tarakan. Karena dia junior saya, saya menyarankan, boleh kritis tapi jangan hanya berdasarkan asumsi. Tapi perlu melakukan investigasi terlebih dahulu sebelum mengeluarkan pernyataan,” terangnya.
Menurutnya, semua pihak harus memahami kedudukan masing-masing KNPI yang ada di pusat dan Kaltara. “Pelajari dulu, badan hukumnya seperti apa?, yang mana diakui Kemenpora?, yang Musda di Tarakan itu, apakah untuk mengganti yang sebelumnya atau memang organisasinya berbeda?” jelasnya.
“Saya juga pernah di titik kritis-kitisnya, Insya Allah satu Kaltara tahu bagaimana ktitisnya saya. Tapi bedanya, kalau saya menggunakan metode investigasi,” lanjut Fajar.
Tak hanya itu, Fajar juga menyoroti sejumlah pihak yang menyebut KNPI salah satu versi sangat dekat dengan Gubernur Kaltara, Zainal Paliwang. Hal ini, kata dia, sebenarnya sebagai bentuk perhatian Gubernur terhadap kepemudaan di Kaltara.
“Di KNPI versi Niko, beliau (Gubernur Kalimantan Utara) hadir, di KNPI versi Andi Mulyono juga beliau hadir. Kalau cuma urusan berfoto, dengan siapapun termasuk dengan KNPI versi saya, Pak Gubernur juga malah sering berfoto dengan saya. Tidak mungkin beliau menolak. Jadi, tidak benar, jika Gubernur punya kepentingan politik untuk mendukung salah satu KNPI di Kaltara,” terangnya.
Melihat Fajar Mentari ‘memuji’ Ketua DPD KNPI Kalimantan Utara versi Ryano Panjaitan, Niko Ruru, apakah ini menjadi sinyal Fajar Mentari akan bergabung dengan KNPI kubu Niko Ruru? Fajar Mentari memilih tak menjawabnya. Fajar Mentari justru menambahkan bahwa Niko adalah sosok organisatoris yang cakap administratif, punya integritas yang baik dan tidak punya cacat atau track record menyalahgunakan anggaran organisasi, tidak pernah korupsi senyap, tidak terkenal sebagai pribadi yang arogan, tidak pernah butuh validasi atau pengakuan dari diri sendiri.
Tidak hanya itu, Fajar juga tak melewatkan pujian terhadap Niko Ruru yang hidup dan tumbuh besar di Kaltara, sehingga tahu persoalan di Kaltara dan dikenal oleh organisasi-organisasi kepemudaan. Sementara Andi Mulyono, kata Fajar, tidak terlalu dikenal.
“Saya sendiri yang juga sebagai ketua KNPI Kaltara dengan versi yang berbeda, malu sama Niko, karena struktur di level kabupaten/kota, belum saya bentuk-bentuk sampai dengan sekarang, padahal saya lebih dulu menyandang ketua daripada Niko,” paparnya.
Fajar Mentari justru heran, jika ada pihak yang menyoal Musda KNPI versi Niko Ruru, sementara dia menjadi bagian KNPI Kota Tarakan versi Andi Mulyono. “Kalau bicara kepentingan, Dia ‘kan juga punya kepentingan?, lalu mengapa harus mempermasalahkan Musda KNPI versi Niko?, sementara Dia sendiri berada dalam struktur di KNPI versi Andi Mulyono, maka subtansi yang Dia persoalkan itu tentu menjadi subjektif,” tutupnya. (red)
Discussion about this post