SB, NUNUKAN – Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sebatik Timur merespons pemberitaan mengenai kekhawatiran siswa terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah. Respons ini dilakukan dengan memberikan pendampingan dan pengawasan langsung di sekolah.
Salah satu contohnya adalah penyaluran Bantuan Makanan Bergizi Gratis (MBG) di MI Alkhairaat Sebatik Timur yang didampingi oleh Ahli Gizi dan Akuntan dari SPPG Sebatik Timur pada Kamis, 2 Oktober 2025.
Kunjungan ahli gizi SPPG ke sekolah bertujuan untuk memastikan kelancaran program MBG yang dirancang pemerintah untuk memenuhi kebutuhan gizi anak sekolah.
Nurzhafira Maulany, Ahli Gizi, dan Siti Syahruni, Akuntan dari SPPG Sebatik Timur, menyempatkan diri menyapa siswa-siswi MI Alkhairaat, sebuah satuan pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Alkhairaat sejak tahun 1989 di Desa Bukit Aru Indah.
Dalam kelas, Nurzhafira memberikan edukasi dan motivasi kepada siswa. Ia memperkenalkan diri dan menjelaskan perannya, “Ahli gizi berperan dalam merancang menu bergizi dan bervariasi yang sesuai kebutuhan, serta memastikan kualitas dan higienis makanan sesuai standar sehingga aman untuk dikonsumsi siswa,” kata Nurzhafira memberi penjelasan di hadapan guru dan siswa.
Menanggapi pertanyaan tentang jaminan kualitas makanan, Nurzhafira menjelaskan bahwa kepala SPPG dibantu oleh ahli gizi di setiap SPPG.
Mengenai prosedur penyaluran, ia menjelaskan, untuk memastikan kualitas dan mencegah keracunan, SPPG Sebatik Timur mewajibkan setiap bahan baku makanan dicicipi sebelum dimasak. “Prosedur ini diambil guna memastikan bahan makanan yang digunakan layak konsumsi dan bebas dari bahan yang dapat merusak kualitas makanan,” jelasnya.
Siti Syahruni meminta siswa dan penerima untuk dapat menikmati program MBG yang telah dibagikan. “Jangan takut makan, ya! Karena paket MBG ini sebelum disalurkan, kami sudah mencicipi terlebih dahulu guna memastikan layak dikonsumsi,” ujarnya memastikan agar penerima MBG dapat menikmatinya.
Pada kesempatan tersebut, 139 siswa MI Alkhairaat Sebatik Timur menerima makanan siap santap yang dikemas dalam ompreng berisi nasi, sayur, dan lauk, serta tambahan minuman susu kotak.
“Ini pertama kalinya siswa kami mendapatkan tambahan minuman susu,” ujar Normaliah, guru piket MI Alkhairaat.
Saiful, guru kelas VI, menanggapi bahwa kekhawatiran siswa dan larangan dari orang tua adalah hal yang wajar akibat pemberitaan mengenai kasus-kasus sebelumnya.
“Kami juga tidak menyalahkan orang tua yang melarang anaknya memakan makanan MBG di sekolah. Karena itu bentuk kepedulian dan kekhawatiran itu pasti ada. Meskipun di sekolah kami tidak mengalami kejadian serupa, namun tidak dipungkiri bukan hanya orang tua, kami pun guru di sekolah tentunya was-was karena beberapa kasus terjadi,” ujar Saiful.
Namun, Saiful juga memberikan pemahaman kepada siswa bahwa kasus makanan basi atau tidak layak konsumsi adalah kejadian insidental dan tidak mencerminkan keseluruhan pelaksanaan program.
“Bukan hanya siswa, kita semua harus pahami bahwa namanya makanan, kemungkinan seperti itu bisa terjadi, bukan hanya pada MBG. Di warung pun kadang bisa ada kasus seperti itu. Bahkan di rumah sendiri bisa saja makanan mengalami hal yang sama. Tidak semua bisa disempurnakan secara sempurna,” tambahnya.
Saiful juga memberikan saran kepada SPPG agar pemilihan bahan makanan dilakukan dengan cermat dan dikerjakan oleh profesional. “Intinya, sayangi masa depan anak-anak kita, jangan hanya karena kepentingan tertentu, anak jadi korban. Anak-anak jangan dibebani rasa takut dan tidak nyaman. Tugas mereka merawat pikiran mereka dengan ilmu yang bermanfaat di tengah ragam problematika,” pesannya.
Ia juga menyarankan agar menu MBG yang disalurkan layak dan aman dikonsumsi, dengan upaya peningkatan kualitas penyediaan MBG, pengaturan menu yang memenuhi angka kecukupan gizi, dan dilengkapi dengan tambahan minuman secara berkelanjutan. (dln)
Discussion about this post