SB, TARAKAN – Pertunjukan barongsai di momen tahun baru Imlek tidak hanya dinikmati oleh warga Tionghoa, namun juga masyarakat non Tionghoa. Bahkan, di Kota Tarakan antusiasme masyarakat sangat tinggi untuk menonton atraksi barongsai ini.
Setelah tampil di klenteng untuk mengisi acara puncak tahun baru Imlek, biasanya barongsai tampil dihadapan umum hingga berkeliling menyusuri keramaian kota. Dan tradisi tersebut menjadi bagian yang ditunggu-tunggu masyarakat.
Tak hanya etnis Tionghoa, warga dari berbagai latar suku dan budaya pun rela mengikuti pertunjukan barongsai dari satu tempat ke tempat lainnya, tanpa menghiraukan rasa lelah.
Seperti yang diungkapkan seorang warga dari Sulawesi Selatan, Dalle (44) yang rela menunggu berjam-jam demi menyaksikan atraksi barongsai yang sangat menghibur.
“Kami dari mamburungan sengaja ikuti dan lihat barongsai. Baru pertama kali melihat pertunjukan seperti ini, sangat seru dan anak-anak kami pun senang,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan Ningsih (33) yang rela menunggu hingga berjam-jam hanya untuk menyaksikan barongsai di rumah salah seorang kerabatnya, yang sengaja mengundang barongsai tampil.
“Pemilik rumah ini rutin mengundang barongsai setiap tahun, jadi kami sudah tidak sabar ingin melihatnya,” katanya.
Barongsai Simbol Keberuntungan dan Pengusir Roh Jahat
Barongsai merupakan kesenian (tarian) tradisional yang berasal dari Tiongkok dengan menggunakan sarung (penutup) dan berbentuk menyerupai singa.
Berdasarkan kepercayaan masyarakat Tionghoa, singa dianggap sebagai simbol keberanian, kekuatan, kebijakan dan keunggulan. Selain itu, barongsai yang memiliki sejarah ribuan tahun lalu juga dipercaya mendatangkan keberuntungan.
Salah seorang pegiat sekaligus asisten pelatih barongsai di Kota Tarkan, Riko mengatakan, bahwa barongsai tidak hanya dipercaya membawa keberuntungan, akan tetapi simbal pengusir roh jahat.
“Sebelum masuk ke dalam rumah, barongsai melakukan beberapa prosesi seperti memberi hormat, membersihkan rumah, dan memberikan penghormatan di tempat sembahyang,” terang Riko.
Setelah prosesi dilalui, barongsai akan melakukan atraksi seperti mengangkat kepala dan memakan sayur. Hal ini merupakan simbolisasi pembersihan dari roh jahat.
Riko juga mengungkapkan, tak hanya di acara puncak tahun baru Imlek, setelah itu barongsai juga tampil dan berkeliling ke rumah-rumah warga.
“Kami sudah tiga hari melakukan tradisi ini setelah Imlek. Setiap hari kami mengunjungi belasan rumah dan tempat usaha,” ucapnya.
Barongsai Dimainkan Seluruh Etnis dan Jadi Cabang Olahraga
Pertunjukan barongsai sendiri menurut Riko, bisa dimainkan siapa saja dan tidak hanya etnis Tionghoa. Seperti barongsai yang ia tampilkan, personilnya berasal dari berbagai etnis, yakni Toraja, Sulawesi dan lainnya.
“Kami terbuka untuk siapa saja yang ingin bergabung, tanpa memandang suku dan agama,” ujarnya.
Selain tampil untuk pertunjukan dan momen Imlek, saat ini barongsai pun sudah menjadi bagian dari olahraga dan resmi dipertandingkan di even tingkat nasional dan internasional.
“Sudah resmi jadi cabang olahraga. Kami melakukan perekrutan personil (pemain) untuk tim dari sejak dini agar dapat bibit-bibit baru,” pungkas Riko. (OC/SB)
Discussion about this post