SB, TARAKAN – Turnamen biliar Open Champion Fredo Tarakan yang digelar baru-baru ini menjadi bahan pembicaraan banyak pihak. Apalagi kalau bukan perihal total hadiah yang disiapkan oleh panitia, yakni Rp35 juta. Tak hanya itu, turnamen yang digelar sejak tanggal 16 hingga 18 Mei 2025 ini juga dijadikan upaya pembinaan atlet menjelang gelaran Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Kaltara II tahun yang dijadwalkan tahun depan di Kabupaten Malinau.
Turnamen biliar Open Champion Fredo Tarakan sendiri diikuti 128 peserta dari empat kabupaten/kota yakni, Tarakan, Malinau, Bulungan, dan Nunukan, turut berpartisipasi dalam turnamen yang berlangsung meriah di salah satu rumah biliar ternama di Tarakan.
Ketua Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) Kaltara, Mustapa Daeng Manasse mengungkapkan, turnamen ini bukan sekadar kompetisi, melainkan juga upaya serius dalam menjaring dan mempersiapkan atlet potensial untuk ajang yang lebih besar.
“Memang, saya sebagai Ketua Pengurus Provinsi mengimbau seluruh pengurus POBSI kabupaten/kota agar aktif menyelenggarakan turnamen seperti ini. Karena biliar sedang naik daun, dan ini momen bagus untuk membina atlet-atlet muda,” ujar Mustapa saat diwawancarai usai turnamen.
Turnamen ini dimenangkan oleh Agatis, atlet asal Tarakan yang mewakili Malinau. Ia keluar sebagai juara pertama, disusul oleh Asari Akbar (Tarakan) di posisi kedua. Juara tiga diraih oleh Yongcai dari Tanjung Selor, sementara posisi juara bersama diisi oleh Aping dari Tarakan.
Yang menarik perhatian, menurut Mustapa, adalah mulai munculnya atlet perempuan dalam kejuaraan ini. Dua atlet putri turut bertanding, menjadi sinyal positif bagi perkembangan biliar perempuan di Kaltara. “Jujur saja, di pra-PON kemarin kita tertinggal jauh dalam pembinaan atlet perempuan. Sekarang mulai ada bibit baru, ini perkembangan yang sangat menggembirakan,” jelasnya.
POBSI Kaltara, kata Mustafa, sedang berencana membuka kategori khusus bagi atlet putri di Porprov mendatang, dengan syarat jumlah peserta minimal delapan orang. Adapun sistem pertandingan akan dibagi dalam dua kelas yakni, Kelas A Bola 9 dan bola 10, Kelas B Bola 8 dan bola 15. Mustapa menjelaskan, atlet tidak diperkenankan bertanding lintas kelas, guna menjaga konsistensi kompetisi.
“Jika jumlah atlet putri mencukupi, kita akan pertandingkan bola 9 dan bola 10 di kelas A. Ini sebagai bentuk keseriusan kita mendorong partisipasi atlet perempuan di tingkat provinsi,” ujar Mustapa.
Meski berjalan sukses, Mustapa mengungkapkan beberapa kendala, terutama terkait minimnya dukungan anggaran dari KONI di beberapa daerah. Ia membandingkan dengan Malinau yang cukup berkembang karena adanya dukungan dari para pengusaha lokal.
“Kalau di Tarakan, hibah dari KONI masih kecil dibandingkan daerah lain. Padahal antusiasme dan potensi atletnya besar. Yang berkembang itu Malinau, karena banyak pengusaha yang mau membina atlet,” katanya.
Ia juga mengimbau agar seluruh rumah biliar di Kaltara memiliki klub resmi agar atlet muda bisa berlatih secara rutin, terutama saat waktu senggang. Sebagai kelanjutan, turnamen serupa dijadwalkan berlangsung di Bulungan bulan depan. POBSI Kaltara bekerja sama dengan rumah biliar lokal untuk memastikan pembinaan berjalan berkelanjutan.
Untuk seleksi Porprov Kaltara tahun depan, Mustapa menjelaskan akan ada dua skema, yakni atlet dapat langsung dibawa ke pra-PON berdasarkan performa di Porprov, atau melalui seleksi lanjutan selama satu tahun pasca-Porprov.
“Kalau usia atlet sudah 50-an, susah mengembangkan. Dari sekarang kita siapkan atlet muda yang punya ketahanan fisik dan fokus yang baik. Makanya pembinaan ini harus jalan,” tutupnya. (rz)
Discussion about this post