SB, NUNUKAN – Masa tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan berakhir hari ini. Seluruh wilayah terdampak berangsur pulih. Demikian juga dengan bantuan telah disalurkan kepada warga yang terdampak. Utamanya di wilayah 4 (Kecamatan Sembakung, Sembakung Atulai, Lumbis, Sebuku).
Namun, berbeda dengan korban yang berada di Kecamatan Krayan, Krayan Barat, Krayan Tengah dan Krayan Selatan. Empat kecamatan ini harus menunggu bantuan agak lama lantaran sulitnya akses ke lokasi bencana. Akibatnya, bantuan berupa makanan dan peralatan kebutuhan sehari-hari tak dapat disalurkan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan Arief Budiman menjelaskan, bencana banjir dan longsor terjadi di Kabupaten Nunukan ada di 2 wilayah yang berbeda, yakni di wilayah daratan rendah meliputi Kecamatan Sembakung, Sembakung Atulai, Lumbis dan Sebuku. Proses penyaluran bantuan dilakukan dengan jalur laut, darat sungai.
“Jadi, dapat tersalurkan sesuai rencana. Meskipun ada kendala tapi masih dapat diatasi,” jelasnya.
Sementara untuk wilayah daratan tinggi, lanjutnya terdapat Kecamatan Krayan, Krayan Barat, Tengah dan Selatan. Akses pertama menuju ke wilayah tersebut hanya dapat dilalui jalur udara saja. Sehingga butuh waktu dan persiapan yang matang.
Untuk wilayah 4 tersebut, selain penanganan bantuan sembako, bantuan juga diberikan dalam hal perbaikan infrastruktur yang rusak, seperti jalan dan jembatan kabupaten.
“Tapi untuk penanganan jalan provinsi jalur Krayan Barat ke Krayan Selatan sudah saya minta ke BPBD Provinsi Kaltara untuk dikoordinasikan dengan Dinas PU Provinsi agar bisa segera ditangani perbaikan jalan yang rusak,” ungkap Arief saat dihubungi suryaborneo.com siang tadi.
Kasubid Penyelamatan BPBD Nunukan, Hasanuddin menambahkan, cuaca di Posko Tanggap Darurat di Desa Atap terpantau membaik. Ketinggian air Sungai Sembakung juga sudah jauh surut. Hingga hari ke-13 pelaksanaan tanggap darurat, tidak ditemukan kendala berarti di lapangan. Seluruh tim gabungan dapat menjalankan tugas dengan lancar.
Terpisah, Camat Krayan Selatan, Octavianus Ramli mengungkapkan, sejak dua pekan ini mesin PLN gangguan dan tidak mampu melayani warga. Selain BBM yang tak tersedia, teknisi PLN juga tidak ada yang mampu memperbaiki kerusakan lantaran sulitnya akses menuju Krayan Selatan.
“Apalagi landasan bandara. Pihak maskapai tidak berani karena terlalu beresiko. Beruntung, salah seorang pasien masih bisa dirujuk ke Tarakan beberapa waktu lalu,” ungkapnya.
Menurutnya, Krayan Selatan akrab dengan masalah. PLN padam dan BBM tidak tersedia. Ini artinya tidak ada sama sekali perhatian, membiarkan kondisi ini begitu saja, “Padahal kami bagian dari NKRI. Mobil pengangkut BBM sudah tidak mampu lagi melewati jalan yang rusak parah jembatan putus,” keluhnya. (dln)
Discussion about this post