SB, TARAKAN – Kasus illegal logging atau pembalakan liar masih terjadi di Kota Tarakan. Meski adanya moratorium pengiriman kayu, namun masih ada diduga oknum yang melakukan illegal logging.
Seperti diungkapkan oleh Unit Satpolair Polres Tarakan pada awal tahun 2025. Dua pelaku illegal logging berinisial TM dan RM diamankan lantaran kedapatan membawa ratusan potong kayu olahan yang tidak dilengkapi dengan izin usaha atau orang perseorangan dari instansi yang berwenang.
Adapun kedua tersangka diketahui memerankan peran ganda yakni sebagai pemilik, penebang, dan pengantar.
“Untuk pelakunya memerankan peran ganda. Sebagai pemilik, sebagai penebang juga, dia juga yang antar,” kata Kasat Polairud Polres Tarakan, IPTU Prabowo Eka Prasetyo, Jumat (31/1/2025).
Prabowo menjelaskan, dari pengakuan ke dua tersangka, mereka sudah 2 kali melakukan kegiatan illegal logging tersebut. Penebangannya pun dilakukan di wilayah hutan sekitar Desa Liagu, Kecamatan Sekatak.
Setelah melakukan penebangan, kata dia, mereka memotong kayu tersebut sesuai dengan ukuran yang diinginkan (pesanan). Setalah itu dibawa menuju ke Kota Tarakan menggunakan kapal.
“Hasilnya di jual di pesisir Kota Tarakan, rencana akan dibongkar di Beringin I. Berhasil diamankan di muara Beringin I,” ujarnya.
“Biasanya diantar ke situ, terus si pembeli (pemesan) yang akan mengambil,” sambungnya.
Lebih lanjut, Prabowo menjelaskan, selama aksinya tersebut ke dua pelaku telah menjual kayu tersebut ke orang yang berbeda-beda (si pemesan).
Disinggung mengenai, pengembangan terhadap si pembeli (pemesan). Prabowo mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum melakukan pengembangan.
Hal itu dikarenakan kedua pelaku diamankan sebelum terjadinya transaksi. Sehingga pihak kepolisian tidak mengetahui siapa pembeli kayu tersebut.
“Untuk pengembangan ke pembeli itu belum karena memang pada saat diamankan itu belum sempat melakukan transaksi,” ucapnya.
Lebih lanjut lagi, Prabowo mengungkapkan, selama aksinya tersebut, kedua pelaku memperoleh keuntungan sebesar Rp2 juta. Hasil tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Disinggung mengenai status kedua tersangka di Desa Liagu Kecamatan Sekatak, Prabowo menerangkan, kedua pelaku merupakan warga Kota Tarakan. Dari pengakuan ke duanya, hutan yang berada di lokasi tersebut merupakan milik mereka.
“Status mereka itu sebenarnya warga Tarakan. Mereka pengakuannya punya kebun di situ, jadi lahannya mereka lah. Biasanya itu kan, lahan tidak bertuan tinggal siapa yang merintis dia lah yang merasa dia yang punya,” terangnya.
Prabowo lantas mengatakan, sepanjang tahun 2024 hingga awal bulan 2025. Pihaknya telah menangani 4 kasus illegal logging. Adapun lokasinya semua berada di wilayah pesisir Kota Tarakan.
“Tahun 2024 ada 2 kasus, awal tahun ini 2 kasus juga. Semuanya wilayah pesisir, ada yang di Juata, sisanya wilayah pesisir Beringin,” ucapnya.
“Untuk titik-titik yang menjadi atensi dari Polair sendiri, saya rasa hampir seluruh wilayah pesisir pantai ini bisa menjadi potensi, jadi kita tetap rutin aja selama itu masih kawasan kita, kita tetap patroli,” tutupnya. (RZ/SB)
Discussion about this post