SB, TARAKAN – Bandara Internasional Juwata Tarakan mencatatkan lonjakan arus balik pada Minggu (6/3/2025) atau H+6 pasca Lebaran, mencapai 1.272 penumpang tiba melalui jalur udara.
Ketua Posko Terpadu Angkutan Lebaran Bandara Juwata Tarakan, Daverius Maarang mengatakan, jumlah ini menjadi catatan tertinggi sementara arus balik tahun ini.
Meski demikian, Daverius belum dapat memastikan bahwa angka tersebut merupakan puncak arus balik. Hal ini masih akan dipantau hingga 11 April nanti, mengingat pergerakan mudik dan balik tetap berlangsung hingga tanggal tersebut.
Berdasarkan proyeksi nasional, puncak arus balik memang diperkirakan terjadi pada 6 April. Namun, pola pergerakan di tiap daerah, seperti Surabaya atau Jakarta dapat bervariasi.
“Beberapa orang memilih kembali lebih awal untuk mendapatkan waktu istirahat sebelum masuk kerja. Sebagai contoh, mereka tiba pada 5 April ketimbang menunggu tanggal 6,” jelas Daverius.
Dari perbandingan data tahun lalu, jumlah penumpang pada tanggal yang sama naik sebesar 5,12 persen, dari 1.210 penumpang pada 2024 menjadi 1.272 penumpang pada 2025.
Namun sebaliknya, angka keberangkatan justru mengalami penurunan sebesar 7,27 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Terkait ketersediaan tiket, Daverius menjelaskan, tidak ada kendala mengenai aksesibilitas tiket bagi masyarakat. Namun, keluhan utama berasal dari harga tiket yang dinilai cukup tinggi.
Beberapa laporan menunjukkan adanya tiket yang dibanderol hingga lebih dari Rp3 juta. Setelah dilakukan pengecekan ke maskapai penerbangan, harga tersebut ternyata tidak terdaftar secara resmi.
“Sepertinya masyarakat membeli tiket dengan rute terpisah dari satu kota ke kota lain, menyebabkan harga totalnya jauh lebih mahal,” jelasnya.
Daverius juga menyinggung jumlah penerbangan yang tersedia pada 6 April sebanyak sembilan penerbangan. Jumlah ini sedikit lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya. Meski demikian, tingkat keterisian kursi pesawat terlihat lebih tinggi dari hari-hari sebelumnya.
Selain itu, kata dia, sempat terjadi insiden teknis yang memengaruhi operasional salah satu pesawat. Masalah hidrolik menyebabkan penundaan hingga sembilan jam.
Untuk mengatasi situasi tersebut, maskapai mendatangkan pesawat pengganti dari Jakarta yang selain membawa penumpang juga membawa suku cadang guna memperbaiki pesawat yang bermasalah.
“Setelah diperbaiki, pesawat yang bermasalah kembali beroperasi. Namun, karena waktu reservasi terlalu singkat untuk mengumpulkan calon penumpang dalam beberapa jam saja, pesawat tersebut meninggalkan bandara tanpa membawa penumpang,” tukasnya.
Reporter : M. Rizqiyanto Firdaus
Discussion about this post