SB, TARAKAN — Empat hari jelang Hari Raya Iduladha 1446 Hijriah, para pedagang sapi kurban di Kota Tarakan mengeluhkan penurunan omzet yang signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selain stok yang terbatas, daya beli masyarakat yang menurun juga menjadi faktor utama sepinya transaksi.
Penurunan ini dirasakan langsung oleh Suginto (75), seorang peternak dan penjual sapi kurban yang telah menekuni usaha ini sejak tahun 1990. “Kalau dibandingkan tahun lalu, sekarang ini jauh menurun. Omzetnya ya, mudah-mudahan cukup untuk membayar anak-anak, soalnya jauh betul turunnya,” ungkap Suginto saat ditemui di lokasi penjualan sapinya, Senin (2/6/2025).
Penjual sapi yang sudah sepuh ini menjelaskan, tahun ini ia hanya mampu menyediakan sekitar 160 ekor sapi, jauh dari target dan kebutuhan ideal menjelang Iduladha. Dari jumlah itu, sekitar 100 ekor telah terjual, atau sekitar 80 persen dari total stok yang tersedia. Meski demikian, ia mengaku kesulitan memenuhi permintaan pasar, terutama untuk sapi dengan harga terjangkau di bawah Rp25 juta.
“Yang dicari orang itu sapi yang harganya Rp25 juta ke bawah. Tapi di sini kebanyakan stoknya yang Rp30 juta ke atas, jadi agak susah keluarnya,” jelas Suginto.

Ia juga menyayangkan keterlambatan dan ketidaksesuaian pengiriman sapi dari Gorontalo, daerah pemasok utama untuk pasar Tarakan. Suginto mengaku telah memesan puluhan ekor sapi, namun yang datang hanya sebagian kecil.
“Kemarin itu pesan 25 ekor, yang datang cuma 6. Sebelumnya pesan 47 ekor, dikasih 15. Terakhir dikasih 6 lagi. Kalau enggak bisa, jangan dijanjikan,” ujarnya dengan nada kecewa.
“Saya enggak mau lagi terima uang panjar. Enggak berharap juga. Harga diri lebih penting daripada uang.” lanjutnya.
Dampaknya, kata dia, keuntungan yang diperoleh tahun ini sangat minim. Dalam beberapa kasus, Suginto hanya mendapat untung Rp500 ribu per ekor, bahkan terkadang hanya balik modal.
“Ini beli kemarin Rp24 juta, jual Rp24,5 juta. Untungnya Rp500 ribu. Itu pun belum dipotong ongkos mobil Rp100 ribu. Demi Allah, ini ibadah, bukan soal untung besar,” tuturnya.
Menurutnya, kondisi ekonomi masyarakat Tarakan juga menjadi penyebab utama turunnya daya beli. Ia menyebut para petani tambak yang biasanya menjadi pelanggan utama kini mengalami kesulitan ekonomi. “Orang Tarakan yang biasa beli itu petani tambak. Tapi sekarang petani tambak juga menurun jauh. Ekonomi lagi lesu,” katanya.
Meskipun menghadapi tantangan besar, Suginto tetap membuka lapak dan melayani pembeli. Ia berharap kondisi ekonomi kembali membaik dan masih ada peningkatan penjualan di hari-hari terakhir menjelang Iduladha.
“Kalau masalah keuntungan, kita serahkan saja pada Allah. Yang penting bisa jalan terus dan jaga kepercayaan orang,” pungkasnya. (rz)
Discussion about this post