SB, TARAKAN – Wabah Tuberkulosis (TBC) masih menjadi tantangan serius di Kota Tarakan. Selama periode Januari hingga April 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tarakan mencatat 248 kasus TBC. Dari jumlah tersebut, 16 pasien diketahui belum memulai pengobatan meski sudah terdiagnosis.
“Sebanyak 232 pasien sudah menjalani pengobatan, tapi masih ada 16 pasien yang belum memulainya,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Tarakan, Irwan Yuwanda saat dikonfirmasi pada Senin (2/6/2025).
Menurut Irwan, pengobatan TBC tidak bisa ditunda dan membutuhkan kedisiplinan tinggi. Prosesnya pun cukup panjang, minimal enam bulan, demi memastikan seluruh bakteri TBC benar-benar hilang dari tubuh pasien.
“Semua puskesmas dan rumah sakit di Tarakan siap memberikan layanan pengobatan TBC. Obat-obatan tersedia secara gratis. Yang terpenting adalah kesiapan pasien untuk mengikuti seluruh tahapan pengobatan,” jelasnya.
Meski fasilitas sudah tersedia, Irwan mengakui ada kendala besar dari sisi kepatuhan pasien. Banyak yang menghentikan pengobatan di tengah jalan karena merasa sudah sembuh saat gejala seperti batuk mulai hilang. Padahal, penghentian pengobatan sebelum waktunya dapat menyebabkan bakteri TBC menjadi kebal obat dan memperparah penularan di masyarakat.
“Pasien sering berhenti minum obat karena merasa tidak sakit lagi. Ini berbahaya. Pasien harus dinyatakan sembuh oleh tenaga kesehatan, bukan berdasarkan perasaan sendiri,” tegas Irwan.
Dalam upaya menekan penyebaran TBC, Dinkes Tarakan terus menggencarkan berbagai langkah preventif. Salah satunya adalah Investigasi Kontak (IK), yakni pelacakan terhadap orang-orang yang melakukan kontak erat dengan pasien TBC.
“Investigasi Kontak bertujuan menemukan kasus TBC lebih awal, terutama di lingkungan sekitar pasien. Ini sangat penting dalam memutus rantai penularan,” jelas Irwan.
Selain itu, Dinkes juga memperkuat strategi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat luas serta para pasien dan keluarganya. Edukasi ini mencakup pentingnya menyelesaikan pengobatan, menjaga etika batuk, dan menjalani hidup sehat.
Dukungan lain datang dari program imunisasi BCG untuk bayi, skrining rutin, serta pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) bagi mereka yang berisiko tinggi tertular.
Irwan mengimbau masyarakat untuk tidak menganggap remeh TBC. Penyakit ini bisa disembuhkan sepenuhnya jika pasien patuh menjalani pengobatan hingga tuntas.
“Kuncinya adalah disiplin. TBC bukan penyakit ringan, tapi bisa disembuhkan. Pemerintah sudah menyediakan semuanya, tinggal bagaimana kesadaran masyarakat untuk berobat dengan benar,” tutup Irwan. (rz)
Discussion about this post